watch sexy videos at nza-vids!

Turun ke bawah
login


MusicVideoimage game
CERITA DEWASA +18th hadi.yn.lt
KISAH NGENTOTIN JANDA PENJAGA WARUNG
Sebuah kisah ngentot atau cerita
ML seorang pemuda dengan
seorang tante yang menjanda dan
haus seks. Mereka bersetubuh kala
warung sudah tutup. Bagaimana
petualangan seks keduanya?
Silahkan simak kisahnya berikut
ini!
Namaku Otong (bukan nama
sebenarnya), aku bekerja di sebuah
perusahaan cukup terkenal di Jawa
Barat, di sebuah kota yang sejuk,
dan saya tinggal (kost) di daerah
perkampungan yang dekat dengan
kantor. Di daerah tersebut
terkenal dengan gadis-gadisnya
yang cantik & manis. Aku dan
teman-teman kost setiap pulang
kantor selalu menyempatkan diri
untuk menggoda cewek-cewek yang
sering lewat di depan kost. Di
sebelah kostku ada sebuah warung
kecil tapi lengkap, lengkap dalam
artian untuk kebutuhan sehari-
hari, dari mulai sabun, sandal,
gula, lombok, roti, permen, dsb itu
ada semua. Aku sudah langganan
dengan warung sebelah. Kadang
kalau sedang tidak membawa uang
atau saat belanja uangnya kurang
aku sudah tidak sungkan-sungkan
untuk hutang. Warung itu milik
Ibu Ita (tapi aku memanggilnya
Tante Ita), seorang janda cerai
beranak satu yang tahun ini baru
masuk TK nol kecil. Warung Tante
Ita buka pagi-pagi sekitar jam
lima, terus tutupnya juga sekitar
jam sembilan malam. Warung itu
ditungguin oleh Tante Ita sendiri
dan keponakannya yang SMA,
Krisna namanya.
Seperti biasanya, sepulang kantor
aku mandi, pakai sarung terus
sudah stand by di depan TV,
sambil ngobrol bersama teman-
teman kost. Aku bawa segelas kopi
hangat, plus singkong goreng, tapi
rasanya ada yang kurang.., apa
ya..?, Oh ya rokok, tapi setelah aku
lihat jam dinding sudah
menunjukkan jam 9 kurang 10
menit (malam), aku jadi ragu, apa
warung Tante Ita masih buka ya..?,
Ah.., aku coba saja kali-kali saja
masih buka. Oh, ternyata warung
Tante Ita belum tutup, tapi kok
sepi.., “Mana yang jualan”,
batinku.
“Tante.., Tante.., Dik Krisna.., Dik
Krisna”, lho kok kosong, warung
ditinggal sepi seperti ini, kali saja
lupa nutup warung.
Ah kucoba panggil sekali lagi,
“Permisi.., Tante Ita?”.
“Oh ya.., tungguu”, Ada suara dari
dalam. Wah jadi deh beli rokok
akhirnya.
Yang keluar ternyata Tante Ita,
hanya menggunakan handuk yang
dililitkan di dada, jalan tergesa-
gesa ke warung sambil mengucek-
ngucek rambutnya yang
kelihatannya baru selesai mandi
juga habis keramas.
“Oh.., maaf Tante, Saya mau
mengganggu nich.., Saya mo beli
rokok gudang garam inter, lho Dik
Krisna mana?
“O.., Krisna sedang dibawa ama
kakeknya.., katanya kangen ama
cucu.., maaf ya Mas Otong Tante
pake’ pakaian kayak gini.. baru
habis mandi sich”.
“Tidak apa-apa kok Tante, sekilas
mataku melihat badan yang lain
yang tidak terbungkus handuk..,
putih mulus, seperti masih gadis-
gadis, baru kali ini aku lihat
sebagian besar tubuh Tante Ita,
soalnya biasanya Tante Ita selalu
pakai baju kebaya. Dan lagi aku
baru sadar dengan hanya handuk
yang dililitkan di atas dadanya
berarti Tante Ita tidak memakai
BH. Pikiran kotorku mulai kumat.
Malam gini kok belum tutup
Tante..?
“Iya Mas Otong, ini juga Tante
mau tutup, tapi mo pake’ pakaian
dulu?
“Oh biar Saya bantu ya Tante,
sementara Tante berpakaian”,
kataku. Masuklah aku ke dalam
warung, lalu menutup warung
dengan rangkaian papan-papan.
“Wah ngerepoti Mas Otong kata
Tante Ita.., sini biar Tante ikut
bantu juga”. Warung sudah
tertutup, kini aku pulang lewat
belakang saja.
“Trimakasih lho Mas Otong..?”.
“Sama-sama..”kataku.
“Tante saya lewat belakang saja”.
Saat aku dan Tante Ita berpapasan
di jalan antara rak-rak dagangan,
badanku menubruk tante, tanpa
diduga handuk penutup yang
ujung handuk dilepit di dadanya
terlepas, dan Tante Ita terlihat
hanya mengenakan celana dalam
merah muda saja. Tante Ita
menjerit sambil secara reflek
memelukku.
“Mas Otong.., tolong ambil handuk
yang jatuh terus lilitkan di badan
Tante”, kata tante dengan muka
merah padam. Aku jongkok
mengambil handuk tante yang
jatuh, saat tanganku mengambil
handuk, kini di depanku persis ada
pemandangan yang sangat indah,
celana dalam merah muda, dengan
background hitam rambut-rambut
halus di sekitar vaginanya yang
tercium harum. Kemudian aku
cepat-cepat berdiri sambil
membalut tubuh tante dengan
handuk yang jatuh tadi. Tapi
ketika aku mau melilitkan handuk
tanpa kusadari burungku yang
sudah bangun sejak tadi
menyentuh tante.
“Mas Otong.., burungnya bangun
ya..?”.
“Iya Tante.., ah jadi malu Saya..,
habis Saya lihat Tante seperti ini
mana harum lagi, jadi nafsu Saya
Tante..”.
“Ah tidak apa-apa kok Mas Otong
itu wajar..”.
“Eh ngomong-ngomong Mas Otong
kapan mo nikah..?”.
“Ah belum terpikir Tante..”.
“Yah.., kalau mo’ nikah harus siap
lahir batin lho.., jangan kaya’
mantan suami Tante.., tidak
bertanggung jawab kepada
keluarga.., nah akibatnya sekarang
Tante harus bersetatus janda. Gini
tidak enaknya jadi janda, malu..,
tapi ada yang lebih menyiksa Mas
Otong.. kebutuhan batin..”.
“Oh ya Tante.., terus gimana
caranya Tante memenuhi
kebutuhan itu..”, tanyaku usil.
“Yah.., Tante tahan-tahan saja..”.
Kasihan.., batinku.., andaikan..,
andaikan.., aku diijinkan biar
memenuhi kebutuhan batin Tante
Ita.., ough.., pikiranku tambah
usil.
Waktu itu bentuk sarungku sudah
berubah, agak kembung, rupanya
tante juga memperhatikan.
“Mas Otong burungnya masih
bangun ya..?”.
Aku cuma megangguk saja, terus
sangat di luar dugaanku, tiba-tiba
Tante Ita meraba burungku.
“Wow besar juga burungmu, Mas
Otong.., burungnya sudah pernah
ketemu sarangnya belom..?”.
“Belum..!!”, jawabku bohong
sambil terus diraba turun naik,
aku mulai merasakan kenikmatan
yang sudah lama tidak pernah
kurasakan.
“Mas.., boleh dong Tante ngeliatin
burungmu bentarr saja..?”, belum
sempat aku menjawab, Tante Ita
sudah menarik sarungku, praktis
tinggal celana dalamku yang
tertinggal plus kaos oblong.
“Oh.., sampe’ keluar gini Mas..?”.
“Iya emang kalau burungku lagi
bangun panjangnya suka melewati
celana dalam, Aku sendiri tidak
tahu persis berapa panjang
burungku..?”, kataku sambil terus
menikmati kocokan tangan Tante
Ita.
“Wah.., Tante yakin, yang nanti
jadi istri Mas Otong pasti bakal
seneng dapet suami kaya Mas
Otong..”, kata tante sambil terus
mengocok burungku. Oughh..,
nikmat sekali dikocok tante dengan
tangannya yang halus kecil putih
itu. Aku tanpa sadar terus
mendesah nikmat, tanpa aku tahu,
Tante Ita sudah melepaskan lagi
handuk yang kulilitkan tadi, itu
aku tahu karena burungku
ternyata sudah digosok-gosokan
diantara buah dadanya yang tidak
terlalu besar itu.
“Ough.., Tante.., nikmat Tante..,
ough..”, desahku sambil bersandar
memegangi dinding rak dagangan,
kali ini tante memasukkan
burungku ke bibirnya yang kecil,
dengan buasnya dia keluar-
masukkan burungku di mulutnya
sambil sekali-kali menyedot..,
ough.., seperti terbang rasanya.
Kadang-kadang juga dia sedot
habis buah salak yang dua itu..,
ough.., sesshh.
Aku kaget, tiba-tiba tante
menghentikan kegiatannya, dia
pegangi burungku sambil berjalan
ke meja dagangan yang agak ke
sudut, Tante Ita naik sambil
nungging di atas meja
membelakangiku, sebongkah
pantat terpampang jelas di
depanku kini.
“Mas Otong.., berbuatlah
sesukamu.., cepet Mas.., cepet..!”.
Tanpa basa-basi lagi aku tarik
celana dalamnya selutut.., woow..,
pemandangan begini indah, vagina
dengan bulu halus yang tidak
terlalu banyak. Aku jadi tidak
percaya kalau Tante Ita sudah
punya anak, aku langsung saja
mejilat vaginanya, harum, dan ada
lendir asin yang begitu banyak
keluar dari vaginanya. Aku lahap
rakus vagina tante, aku mainkan
lidahku di clitorisnya, sesekali aku
masukkan lidahku ke lubang
vaginanya.
“Ough Mas.., ough..”, desah tante
sambil memegangi susunya
sendiri.
“Terus Mas.., Maas..”, aku semakin
keranjingan, terlebih lagi waktu
aku masukkan lidahku ke dalam
vaginanya, ada rasa hangat dan
denyut-denyut kecil semakin
membuatku gila.
Kemudian Tante Ita membalikkan
badannya telentang di atas meja
dengan kedua paha ditekuk ke
atas.
“Ayo Mas Otong.., Tante sudah
tidak tahan.., mana burungmu
Mas.. burungmu sudah pengin ke
sarangnya.., wowww.., Mas Otong..,
burung Mas Otong kalau bangun
dongak ke atas ya..?”. Aku hampir
tidak dengar komentar Tante Ita
soal burungku, aku melihat
pemandangan demikian
menantang, vagina dengan sedikit
rambut lembut, dibasahi cairan
harum asin demikian terlihat
mengkilat, aku langsung tancapkan
burungku dibibir vaginanya.
“Aughh..”, teriak tante.
“Kenapa Tante..?”, tanyaku kaget.
“Udahlah Mas.., teruskan..,
teruskan..”, aku masukkan kepala
burungku di vaginanya, sempit
sekali.
“Tante.., sempit sekali Tante.?”.
“Tidak apa-apa Mas.., terus saja..,
soalnya sudah lama sich Tante
tidak ginian.., ntar juga nikmat..”.
Yah.., aku paksakan sedikit demi
sedikit.., baru setengah dari
burungku amblas.., Tante Ita
sudah seperti cacing kepanasan
gelepar ke sana ke mari.
“Augh.., Mas.., ouh.., Mas.., nikmat
Mas.., terus Mas.., oughh..”.
Begitu juga aku.., walaupun
burungku masuk ke vaginanya
cuma setengah, tapi sedotannya
oughh luar biasa.., nikmat sekali.
Semakin lama gerakanku semakin
cepat. Kali ini burungku sudah
amblas dimakan vagina Tante Ita.
Keringat mulai membasahi
badanku dan badan Tante Ita.
Tiba-tiba tante terduduk sambil
memelukku, mencakarku.
“Oughh Mas.., ough.., luar biasa..,
oughh.., Mas Otong..”, katanya
sambil merem-melek.
“Kayaknya ini yang namanya
orgasme.., ough..”, burungku tetap
di vagina Tante Ita.
“Mas Otong sudah mau keluar
ya..?”. Aku menggeleng. Kemudian
Tante Ita telentang kembali, aku
seperti kesetanan menggerakkan
badaku maju mundur, aku melirik
susunya yang bergelantungan
karena gerakanku, aku menunduk
dan kucium putingnya yang coklat
kemerahan. Tante Ita semakin
mendesah, “Ough.., Mas..”, tiba-
tiba Tante Ita memelukku sedikit
agak mencakar punggungku.
“Oughh Mas.., aku keluar lagi..”,
kemudian dari kewanitaannya aku
rasakan semakin licin dan semakin
besar, tapi denyutannya semakin
terasa, aku dibuat terbang
rasanya. Ach rasanya aku sudah
mau keluar, sambil terus goyang
kutanya Tante Ita.
“Tante.., Aku keluarin dimana
Tante..?, di dalam boleh nggak..?”.
“Terrsseerraah..”, desah Tante Ita.
Ough.., aku percepat gerakanku,
burungku berdenyut keras, ada
sesuatu yang akan dimuntahkan
oleh burungku. Akhirnya semua
terasa enteng, badanku serasa
terbang, ada kenikmatan yang
sangat luar biasa. Akhirnya
spermaku aku muntahkan dalam
vagina Tante Ita, masih aku
gerakkan badanku rupanya kali ini
Tante Ita orgasme kembali, dia
gigit dadaku.
“Mas Otong.., Mas Otong.., hebat
Kamu Mas”.
Aku kembali kenakan celana dalam
serta sarungku. Tante Ita masih
tetap telanjang telentang di atas
meja.
“Mas Otong.., kalau mau beli rokok
lagi yah.., jam-jam begini saja ya..,
nah kalau sudah tutup digedor
saja.., tidak apa-apa.., malah kalau
tidak digedor Tante jadi marah..”,
kata tante menggodaku sambil
memainkan puting dan clitorisnya
yang masih nampak bengkak.
“Tante ingin Mas Otong sering
bantuin Tante tutup warung”, kata
tante sambil tersenyum genit. Lalu
aku pulang.., baru terasa lemas
sakali badanku, tapi itu tidak
berarti sama sekali dibandingkan
kenikmatan yang baru kudapat.
Keesokan harinya ketika aku
hendak berangkat ke kantor, saat
di depan warung Tante Ita, aku di
panggil tante.
“Rokoknya sudah habis ya.., ntar
malem beli lagi ya..?”, katanya
penuh pengharapan, padahal
pembeli sedang banyak-banyaknya,
tapi mereka tidak tahu apa
maksud perkataan Tante Ita tadi,
akupun pergi ke kantor dengan
sejuta ingatan kejadian kemarin
malam.
CERITA DEWASA EDISI TERBARU 2015cerita selanjutnya
pembantu rumahku aku entot
pembantu pemuas majikan
ibu kost lily
kisah ngentot janda penjaga warung
ngentotin ibu mertua ku yg molek bahenol
enaknya bercumbu dengan mbak indri yg hot membahana
ketagihan ngentot sama istri temen
cewek di kenal solehah di entotin ampe muncrat
gairah seorang uztazah dilla
KUMPULAN FOTO" & VIDEO HOT TERBARU kumpulan foto foto hot sex
video hot sex

Facebook 1twitter


C-STAT
U-ON
_footer
Mau dollar gratis klik disini

09 Counter :
12 Follow : 12
13 kunjungan : 564
icon_14 harian : 2
icon_15 Bulanan : 3
icon_16 Tahunan : 5
TOP-
RATING
C-STAT
U-ON

on Online
by : 20150214102300 1 hadisofian
TONOK COMUNITY
Copyright © 2013-2024
by : WAPMASTER